websitewongkalen.blogspot.com : Kalen - Telah
kita ketahui bahwa Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai masyarakat
adat dengan sistem kepercayaan yang bermacam-macam dan masih di pegang
teguh oleh sebagian komunitas, seperti masyarakat Desa Karang Kembang
yang percaya terhadap mitos. Mitos merupakan sebuah problem tersendiri
bagi masyarakat yang menganutnya, terutama pada hal-hal yang berhubungan
dengan kehidupan seharihari, karena mitos yang diyakini oleh suatu
komunitas masyarakat merupakan suatu kejadian pada zaman dahulu yang
mempunyai arti penting bagi kehidupan.
Baca Juga : Legenda Desa Kalen Kedungpring
Mitos
disini adalah semacam takhayyul sebagai akibat ketidakt ahuan manusia
yang lambat laun berubah menjadi kepercayaan yang biasanya dibarengi
dengan rasa ketakjuban, ketakutan atau kedua-duanya. Dan dalam reaksinya
lalu timbul rasa hormat yang berlebih-lebihan, yang melahirkan sikap
pemujaan (kultus).
Sebagaimana
mitos “Gunung Pegat” yang dipercaya oleh masyarakat Desa Karang Kembang
Kec. Babat Kab. Lamongan serta beberapa wilayah Kabupaten Lamongan,
Tuban, Bojonegoro, Jombang, Kediri dan Blitar serta Tulung Agung Menjadi
fenomena tersendiri yang berhubugan dengan perceraian.
Mitos
ini berawal ketika zaman pendudukan Belanda, dimana rakyat Indonesia
diperlakukan seperti hewan, disuruh bekerja siang-malam tanpa upah.
Istilah ini dikenal dengan kerja “Rodi”. Untuk memudahkan invasi Belanda
terhadap Indonesia, ketika itu masyarakat disuruh bekerja membangun
Jalur kereta api 1917 yang menghubungkan antarta wilayah utara Jawa
Timur dengan wilayah selatan Jawa Timur dengan menerobos gunung. Dengan
susah payah masyarakat berusaha meratakan gunung untuk dibuat jalan,
tidak sedikit korban jiwa dalam pembangunan jalan itu. Oleh karena itu
masyarakat “menyumpahi” dengan perkataan “barang siapa yang melewati
jalan ini maka akan pegatan”.
Baca Juga : Sejarah Batu Gilang dan Panembahan Senopati
Keberadaan
mitos ini lebih dititikberatkan pada keutuhan rumah tangga bagi
pengantin yang melewati Gunung Pegat. Tidak heran, jika ada rumah tangga
yang hancur selalu dikaitkan dengan mitos tersebut. Hal ini menjadi
problem bagi orang tua yang menikahkan Putra-Putrinya apabila berbatasan
dengan Gunung Pegat, karena jika tidak sesuai dengan mitos
(melanggarnya) maka banyak resiko yang akan menimpanya seperti
keluarganya tidak harmonis, sengsara, rizkinya sulit, tidak punya anak,
meninggal dll.
Berdasarkan
pada pengalaman dan pemahaman masyarakat di Desa Karang Kembang Kec.
Babat Kab. Lamongan, mitos "Gunung Pegat" sudah menjadi bagian peraturan
yang harus benar-benar dianutnya dan tidak boleh dilanggar pasangan
untuk sampai pada proses perkawinan. Hal seperti ini pernah dilakukan
oleh Taufik yang ingin menikahi Perempuan asli Lamongan. karena
berbatasan dengan Gunung Pegat maka pernikahan tidak dapat
dilangsungkan.